Hari ini, lebih dari seengah juta siswa SMA di Korea Selatan mengikuti ujian masuk perguruan tinggi negeri. Uniknya, ujian yang dilangsungkan secara nasional ini berlangsung selama sembilan jam. Bahkan, agar tidak mengganggu peserta, kementerian transportasi mengeluarkan aturan khusus bagi pesawat yang melintas.
Di Korea Selatan, tes ini sangat penting bagi para siswa untuk mendapatkan kursi di universitas ternama. Di negara ini, menjadi sarjana, apalagi dari universitas ternama, dianggap sebagai kunci untuk meningkatkan status sosial, karier, dan bahkan prospek pernikahan.
Namun, di sisi lain, tekanan besar yang diberikan pada siswa dalam sistem pendidikan ultra-kompetitif di Korea Selatan menjadi penyebab depresi remaja dan angka bunuh diri yang termasuk tertinggi di dunia.
“Saya gugup dan gemetar karena apa yang telah saya pelajari selama tiga tahun berakhir dengan ujian hari ini,” Lee Min-yup, seorang peserta tes, mengatakan kepada AFP di luar Sekolah Menengah Kyungbock di pusat kota Seoul, Kamis (18/11).
Pentingnya tes ini tercermin dari tindakan ketat yang diambil pihak berwenang untuk mencegah gangguan apa pun.
Aturan penerbangan
Untuk mengurangi gangguan kebisingan selama sesi mendengarkan tes bahasa Inggris, misalnya, Kementerian Transportasi Seoul telah mengumumkan larangan nasional terhadap semua pesawat yang lepas landas dan mendarat di luar situasi darurat. Namun, larangan tersebut akan berlaku selama 35 menit, mulai pukul 13.05 hingga 13.40 waktu setempat (04.05 hingga 04.40 GMT).
Kecuali pesawat dalam keadaan darurat, semua pesawat yang mengudara harus mempertahankan ketinggian lebih dari 3.000 meter (10.000 kaki) selama waktu yang dibatasi. Lebih dari 90 penerbangan harus dijadwal ulang karena ujian tersebut.
Kantor-kantor publik dan tempat usaha besar diminta untuk menyesuaikan jam buka mereka menjadi pukul 10 pagi atau lebih untuk mengurangi kemacetan lalu lintas dan memastikan bahwa siswa tiba tepat waktu untuk ujian nasional, yang dimulai pada pukul 8:40 pagi.
Pasar saham juga dibuka satu jam lebih lambat dari biasanya. Mobil polisi dan aparat pemerintah daerah bersiaga untuk membantu siswa agar dapat mengikuti ujian tiba di lokasi ujian tepat waktu.
Ujian tahun ini juga menandai pertama kalinya peserta ujian diperbolehkan mengikuti ujian tanpa menggunakan masker sejak pandemi dimulai.
‘Pertanyaan mematikan’
Di luar SMA Kyungbock, beberapa peserta tes tampak gugup, dan yang lainnya terlambat mengikuti ujian dan tiba dengan sepeda motor yang telah ditetapkan sebagai kendaraan konvoi darurat oleh pihak berwenang.
Siswa baru dan junior sekolah menengah berkumpul di luar pintu masuk tempat tersebut untuk menunjukkan dukungan mereka kepada para peserta tes.
Mereka meneriakkan kalimat-kalimat seperti “Sukses di Suneung (dalam bahasa lokal artinya ujian)”, sambil dengan antusias mengibarkan spanduk yang dihiasi pesan-pesan seperti “Berusahalah untuk mendapatkan nilai sempurna di Suneung”.
Para orangtua juga hadir untuk menyatakan dukungan mereka terhadap anak-anak mereka. “Saat ini, bagi mereka, ini adalah segalanya,” kata Lee Jong-hwa, ibu dari salah satu peserta ujian.
Untuk ujian tahun ini, pihak berwenang menghapus apa yang disebut “pertanyaan mematikan” – yang sukar dijawab hanya dengan mempelajari kurikulum yang diajarkan di sekolah negeri. Hal ini sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan pada sekolah swasta yang mahal.
“Sesuai dengan langkah Kementerian Pendidikan untuk mengurangi pendidikan swasta, apa yang disebut ‘pertanyaan mematikan’ tidak disertakan,” kata Jeong Moon-seong, seorang profesor universitas yang mengawasi administrasi ujian tahun ini, kepada wartawan pada Kamis pagi.
“Soal-soal dengan tingkat kesulitan yang sesuai dipilih secara merata untuk memastikan bahwa (siswa) dapat menunjukkan pemahamannya hanya berdasarkan konten yang tercakup dalam kurikulum pendidikan umum,” tambahnya.
Menurut statistik, pada tahun lalu rumah tangga di Korea Selatan menghabiskan lebih dari US$20 miliar untuk pendidikan swasta bagi siswa sekolah dasar, menengah, dan menengah atas. (M-3)
Hari ini, lebih dari seengah juta siswa SMA di Korea Selatan mengikuti ujian masuk perguruan tinggi negeri. Uniknya, ujian yang dilangsungkan secara nasional ini berlangsung selama sembilan jam. Bahkan, agar tidak mengganggu peserta, kementerian transportasi mengeluarkan aturan khusus bagi pesawat yang melintas.
Di Korea Selatan, tes ini sangat penting bagi para siswa untuk mendapatkan kursi di universitas ternama. Di negara ini, menjadi sarjana, apalagi dari universitas ternama, dianggap sebagai kunci untuk meningkatkan status sosial, karier, dan bahkan prospek pernikahan.
Namun, di sisi lain, tekanan besar yang diberikan pada siswa dalam sistem pendidikan ultra-kompetitif di Korea Selatan menjadi penyebab depresi remaja dan angka bunuh diri yang termasuk tertinggi di dunia.
“Saya gugup dan gemetar karena apa yang telah saya pelajari selama tiga tahun berakhir dengan ujian hari ini,” Lee Min-yup, seorang peserta tes, mengatakan kepada AFP di luar Sekolah Menengah Kyungbock di pusat kota Seoul, Kamis (18/11).
Pentingnya tes ini tercermin dari tindakan ketat yang diambil pihak berwenang untuk mencegah gangguan apa pun.
Aturan penerbangan
Untuk mengurangi gangguan kebisingan selama sesi mendengarkan tes bahasa Inggris, misalnya, Kementerian Transportasi Seoul telah mengumumkan larangan nasional terhadap semua pesawat yang lepas landas dan mendarat di luar situasi darurat. Namun, larangan tersebut akan berlaku selama 35 menit, mulai pukul 13.05 hingga 13.40 waktu setempat (04.05 hingga 04.40 GMT).
Kecuali pesawat dalam keadaan darurat, semua pesawat yang mengudara harus mempertahankan ketinggian lebih dari 3.000 meter (10.000 kaki) selama waktu yang dibatasi. Lebih dari 90 penerbangan harus dijadwal ulang karena ujian tersebut.
Kantor-kantor publik dan tempat usaha besar diminta untuk menyesuaikan jam buka mereka menjadi pukul 10 pagi atau lebih untuk mengurangi kemacetan lalu lintas dan memastikan bahwa siswa tiba tepat waktu untuk ujian nasional, yang dimulai pada pukul 8:40 pagi.
Pasar saham juga dibuka satu jam lebih lambat dari biasanya. Mobil polisi dan aparat pemerintah daerah bersiaga untuk membantu siswa agar dapat mengikuti ujian tiba di lokasi ujian tepat waktu.
Ujian tahun ini juga menandai pertama kalinya peserta ujian diperbolehkan mengikuti ujian tanpa menggunakan masker sejak pandemi dimulai.
‘Pertanyaan mematikan’
Di luar SMA Kyungbock, beberapa peserta tes tampak gugup, dan yang lainnya terlambat mengikuti ujian dan tiba dengan sepeda motor yang telah ditetapkan sebagai kendaraan konvoi darurat oleh pihak berwenang.
Siswa baru dan junior sekolah menengah berkumpul di luar pintu masuk tempat tersebut untuk menunjukkan dukungan mereka kepada para peserta tes.
Mereka meneriakkan kalimat-kalimat seperti “Sukses di Suneung (dalam bahasa lokal artinya ujian)”, sambil dengan antusias mengibarkan spanduk yang dihiasi pesan-pesan seperti “Berusahalah untuk mendapatkan nilai sempurna di Suneung”.
Para orangtua juga hadir untuk menyatakan dukungan mereka terhadap anak-anak mereka. “Saat ini, bagi mereka, ini adalah segalanya,” kata Lee Jong-hwa, ibu dari salah satu peserta ujian.
Untuk ujian tahun ini, pihak berwenang menghapus apa yang disebut “pertanyaan mematikan” – yang sukar dijawab hanya dengan mempelajari kurikulum yang diajarkan di sekolah negeri. Hal ini sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan pada sekolah swasta yang mahal.
“Sesuai dengan langkah Kementerian Pendidikan untuk mengurangi pendidikan swasta, apa yang disebut ‘pertanyaan mematikan’ tidak disertakan,” kata Jeong Moon-seong, seorang profesor universitas yang mengawasi administrasi ujian tahun ini, kepada wartawan pada Kamis pagi.
“Soal-soal dengan tingkat kesulitan yang sesuai dipilih secara merata untuk memastikan bahwa (siswa) dapat menunjukkan pemahamannya hanya berdasarkan konten yang tercakup dalam kurikulum pendidikan umum,” tambahnya.
Menurut statistik, pada tahun lalu rumah tangga di Korea Selatan menghabiskan lebih dari US$20 miliar untuk pendidikan swasta bagi siswa sekolah dasar, menengah, dan menengah atas. (M-3)
Sumber: mediaindonesia.com