MICE  

Varian Baru XBB Lebih Incar Orang Yang Belum Pernah Terpapar Covid-19

Pandemi Covid-19 ternyata masih belum selesai, belakangan ini terjadi lonjakan kasus virus Covid-19 di Indonesia. Upaya edukasi serta strategi di dalam penanganan covid harus tetap menjadi perhatian oleh semua lini.

Dr. Erlina Burhan, Ketua Satgas Covid Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI), mengatakan bahwa kasus Covid-19 mengalami kasus yang fluktuatif. “Dua minggu yang lalu angka konfirmasi Covid kita masih stabil di angka 2000an, tapi minggu lalu mulai naik ke 3000, yang membuat kita cukup terkejut dari mulai 31 Oktober-1 November terjadi lonjakan hampir dua kali lipat, ini adalah suatu hal yang harus kita waspadai,” jelas Erlina pada Kamis (3/11).

Lanjut Erlina, terkait dengan vaksinasi suntikan vaksin pertama sudah menyentuh angka 87%, capaian suntikan kedua sudah di angka 73%. “Yang jadi masalah adalah sekarang capaian dosis ketiga atau booster pertama stagnan di angka 27%, peningkatannya lambat sekali,” lanjut dia.

Erlina memaparkan bahwa saat ini ada varian baru dari Covid-19, yaitu XBB dan XBC, bahwasanya virus ini adalah turunan dari Omikron. “Walaupun belum ada data yang menyebutkan bahwa gejala XBB dan XBC ini tidak parah, tapi kita tetap harus berupaya mencegah penularan. Di bulan Oktober sudah melaporkan adanya kasus XBB, termasuk Indonesia,” tegasnya.

Hal menarik yang dinyatakan oleh Pemerintah Singapura bahwa kasus infeksi Covid-19 yang baru ini didominasi oleh pasien yang belum terinfeksi Covid-19 sebelumnya. “Orang yang tidak pernah Covid maka harus hatihati karena resiko menderita Covid dengan XBB ini lebih tinggi dibandingkan orang yang pernah terkena Covid,” lanjutnya.

Di kesempatan yang sama, Ketua PB IDI, dr. Mohammad Adib Khumaidi mengingatkan kembali kunci yang harus dipertahankan dalam penanganan Covid-19, yaitu kolaborasi dan sinergi dari berbagai pihak.”Bahwa kolaborasi dan sinergisme dari semua pihak masih perlu harus selalu kita lakukan, penanganan pandemi Covid-19 tidak hanya mengandalkan satu sisi pemangku kebijakan saja, tapi karena kolaborasi,” ucapnya.

Kolaborasi dari pemerintah yang didukung oleh komunitas organisasi profesi, masyarakat, swasta dan media menjadi satu konsep yang harus terus dilakukan dalam penanganan Covid-19. (OL-12)


Sumber: mediaindonesia.com