MICE  

Ular Ternyata Memiliki Klitoris

Para ilmuwan dari University of Adelaide, Australia mengungkapkan bahwa ular betina memiliki organ reproduksi berupa klitoris. Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the Royal Society B pada Rabu (14/12) tersebut memunculkan kemungkinan bahwa proses reproduksi hewan melata itu ternyata lebih rumit dan beragam dari yang pernah dipahami sebelumnya.

Penelitian sebelumnya telah berhipotesis bahwa organ pada ular betina adalah kelenjar aroma, versi penis yang kurang berkembang, atau bahkan organ itu ada hanya untuk merangsang ular jantan, bukan sebaliknya. Namun, studi baru tersebut mengeyampingkan teori tersebut dan secara perdana menawarkan deskripsi baru dan lengkap tentang klitoris ular betina.

Diketahui, klitoris ditemukan dalam berbagai kehidupan hewan vertebrata, dari buaya hingga lumba-lumba, kecuali burung yang kehilangan klitorisnya selama evolusi. Menariknya, hewan jenis reptil memiliki aneka macam organ kawin yang aneh untuk berkembang biak. Ada yang memiliki beberapa penis, ada yang sama sekali tidak memiliki penis, dan ada juga yang selalu ereksi.

Ular adalah salah satu jenis reptil yang memiliki lebih dari satu organ reproduksi. Sejak tahun 1800-an telah diketahui bahwa reptil jantan memiliki organ kelamin ganda yang disebut hemipenis. Namun baru pada tahun 1995 seorang herpetologis, Jerman Wolfgang Boehme, yang meneliti biawak pertama kali mendeskripsikan organ seksual wanita berupa klitoris ganda yang disebut hemiklitores.

Ahli biologi evolusi dari University of Adelaide di Australia, yang menulis penelitian tersebut, Megan Folwell berkata bahwa masih minim penelitian tentang organ reproduksi ular betina daripada jantan.

“Unsur anatomi reproduksi dari ular betina ini tidak diteliti secara mendetail untuk waktu yang lama, sebagian karena hemiklitoris bisa rapuh dan mudah terlewatkan, selain itu disebabkan alat kelamin betina secara historis dianggap “cukup tabu”, kata Megan Folwell seperti dilansir dari AFP pada Rabu (14/12).

“Alat kelamin perempuan secara mencolok diabaikan dibandingkan dengan laki-laki, hal ini membatasi pemahaman kita tentang reproduksi seksual di seluruh garis keturunan vertebrata,” lanjutnya.

Temuan tersebut menunjukkan bahwa klitoris secara umum dijumpai pada hewan reptil terbesar seperti ular. Klitoris dapat memainkan peran penting saat proses reproduksi.

Catatan yang bertentangan tentang hemiklitoris ular di beberapa makalah ilmiah membuat Folwell melihat secara mendetail. Dia pertama kali memeriksa penambah rasa rangsangan secara umum wanita yang di-eutanasia (Acanthophis antarcticus).

“Saya mulai penelitian ini dengan membedah ekor ular betina dan mencoba melihat serta merabanya dengan pikiran terbuka tentang apa yang mungkin saya temukan,” katanya.

Tim peneliti kemudian membedah 10 ular dari sembilan spesies berbeda, termasuk ular piton, puff adder dan moccasin Meksiko. Folwell terkejut lantaran menemukan bahwa ular memiliki dua klitoris atau hemiklitores yang dipisahkan oleh jaringan dan disembunyikan oleh kulit di bagian bawah ekor.

“Tidak seperti kadal hemiklitorises, ternyata klitoris ular tidak bisa muncul secara eksternal. Organ klitoris itu berbentuk segitiga seperti hati,” kata Folwell.

Beberapa cukup tipis sementara yang lain menempati hampir semua area di sekitar kloaka, lubang kecil untuk saluran pencernaan, saluran kemih, dan reproduksi. Ukurannya sekitar kurang dari 1- 7 milimeter.

“Organ klitoris tersebut memiliki jaringan ereksi yang kemungkinan bisa membengkak dengan darah serta kumpulan saraf. Hal ini bisa saja menunjukkan kepekaan sentuhan, mirip dengan klitoris mamalia,” kata studi tersebut.

Menurut Folwell, ular adalah hewan yang sangat sensitif dan secara umum memungkinkan mmendapat banyak sensasi rangsangan bahkan melalui kulit.

Jika hemiklitores ular distimulasi saat berhubungan intim, hal itu kemungkinan akan mendorong proses perkawinan yang lebih lama dan lebih sering sehingga menghasilkan peluang keberhasilan reproduksi yang lebih besar.

“Gairah adalah bagian penting dari proses reproduksi. Selain itu, klitores ular juga bisa menjadi pelumasan untuk mencegah kerusakan dari “hemipenis yang sangat berduri” pada ular jantan,” imbuh Folwell.

Peneliti juga menyatakan butuh waktu yang cukup lama untuk mengungkap fenomena klitoris pada ular betina, sebab topik yang cukup tabu mengenai alat kelamin betina tidak mudah untuk diangkat dan dihormati.

“Ada juga fakta bahwa reproduksi betina bukan struktur termudah untuk ditemukan. Terutama jika Anda tidak tahu apa yang Anda cari atau di mana,” imbuhnya.

Studi ini muncul setelah penelitian mengenai hewan mamalia yaitu sapi, yang dipresentasikan di Amerika Serikat awal tahun ini mengatakan bahwa klitoris manusia memiliki antara 9.850-1.100 serabut saraf atau sekitar 20 persen, jumlah itu lebih banyak dari yang pernah dikutip penelitian sebelumnya yitu 8.000. (M-3)


Sumber: mediaindonesia.com