MICE  

Tetap Setia di Jalan Takwa

SETIAP azan salat berkumandang, seorang mukmin semestinya dapat menyadari bahwa itulah saat Allah SWT sedang merindukan makhluknya untuk menumpahkan segala curahan hatinya lewat salat.

Selebritas Arie Untung, 47, mengungkapkan ia pernah mengabaikan panggilan Allah berkali-kali. Ia secara sadar mengabaikan panggilan salat dan hatinya belum tergugah untuk menunaikan salat.

“Bahkan dulu ketika masih sibuk syuting, kerja, dan lain sebagainya, terus ada teman ingin jeda sebentar, izin mau salat, saya suka ledek, ‘ah, lebay lo’. Tetapi itu dulu, ya. Saya pernah di masa-masa gelap seperti itu. Secara sadar mengabaikannya, bahkan mencelanya,” ungkap Arie dalam Refleksi Hijrah Arie Untung di Festival Ramadan Media Indonesia, Rabu (12/4).

Sekitar 2004, Arie kerap gelisah dan mempertanyakan kegiatan yang ia lakukan. Meski hari-harinya dipenuhi dengan kegiatan padat, jadwal syuting tiada henti, Arie sering merasa hampa. “Ini hidup apa benar begini, ya? Saya diciptakan benar untuk begini? Atau sebenarnya saya diciptakan itu untuk apa, ya? Saya terus bertanya-tanya,” ungkap dia.

Belum lagi terpaan dari cobaan patah hati dan kegalauan yang menghantui Arie pascagagal menikah. “Pintu awal masuk ke jalan hijrah itu ketika setelah gagal nikah dengan salah satu perempuan yang memang berbeda agama dengan saya. Tidak jadi nikah, singkat cerita saya galaulah. Sempat nyaris murtad karena memang gamang, hampa,” kata Arie.

“Tetapi setelah itu justru uniknya saya sempat membaca kitab agama lain dan dari situ tersadarlah betapa besarnya keberkahan Al-Qur’an. Saya merasa tergugah, di situlah saya mendapatkan hidayah, alhamdulillah,” imbuh dia.

 

Proses

Ayah dari tiga anak itu juga mengaku awal-awal ia belajar agama masih sangat kaku dan sering kali menghakimi orang lain. Namun, ia kini belajar bahwa dirinya masih penuh dengan kekurangan, dosa, dan kesalahan. “Saya dulu kaku sekali. Tetapi sekarang alhamdulillah saya tidak mau lagi melakukan judgement kepada orang lain karena orang lain bisa jadi sama saja seperti saya. Atau bahkan saya lebih buruk dari mereka,” tutur Arie.

Dia mengakui proses hijrah merupakan perjalanan tanpa henti untuk terus setia di jalan takwa. Keimanan yang terus diuji, naik dan turun, sebagai manusia biasa, Arie menyadari bahwa sangat tidak mudah.

“Semenjak hijrah, ekonomi mulai berkurang, pendapatan berkurang. Itu sudah pasti karena apa pun sekarang saya maunya akad dengan syariah. Semua pekerjaan. Secara tidak langsung memang berpengaruh pada ekonomi keluarga. Itu bukan masalah. Selama kita yakin Allah Maha Pemberi Rezeki, rezeki itu akan datang dari pintu mana saja,” kata dia.

“Intinya jika ingin hijrah, teringat untuk kembali ke jalan-Nya, lakukan segera. Percaya pada Allah. Soal rezeki percayakan saja. Ukuran kecukupan (rezeki) itu terkadang juga relatif, kan. Banyak (rezeki) terkadang belum tentu cukup, sedikit pun juga belum tentu kurang. Jadi, intinya percayakan saja semuanya. Apa pun bisa dilakukan Allah. Percaya, deh. Hanya satu yang tidak bisa dilakukan oleh Allah, yaitu mengingkari janji-Nya,” tandasnya. (H-2)

Sumber: mediaindonesia.com