Indeks
MICE  

Terobsesi AI, Fotografer ini Mampu Mengecoh Pengikutnya di Instagram

SEKITAR empat dekade lalu, Jos Avery diberi hadiah kamera. Sejak saat itu ia pun tergila-gila dengan fotografi. Pada September lalu, hobinya jeprat-jepret ini semakin terbantu dengan program Artificial Inteligence/AI (kecerdasan buatan) dari Midjouney. Dengan bantuan ini, ia mampu ‘menipu’ ribuan pengikutnya di Instagram dengan menghasilkan gambar liar dan indah dari instruksi teks singkat.

“Segera setelah mulai mencoba Midjourney, saya menjadi terobsesi dengan kemungkinan kreatif,” kata Avery seperti dilansir AFP, Minggu (9/4)

Midjourney ialah program dan layanan kecerdasan buatan yang dibuat dan diselenggarakan oleh laboratorium penelitian independen yang berbasis di San Francisco, Midjourney, Inc. Midjourney menghasilkan gambar dari deskripsi bahasa alami, yang disebut “prompts”, mirip DALL-E OpenAI dan Stable Diffusion.

Midjourney dan saingannya seperti DALL-E 2 dan Stable Diffusion menghasilkan gambar unik dengan menggabungkan katalog gambar yang telah mereka “latih”.

Bagi Avery, seorang insinyur perangkat lunak dan pengacara berusia 48 tahun, Midjourney membuatnya semakin leluasa menghasilkan foto indah dan kadang absurd.

Menyesatkan

Dia memulai eksperimennya di akun Instagramnya untuk menyimpan output Midjourney-nya, tanpa memberi tahu tentang asal-usul gambar tersebut. Artinya, ia tidak menyebutkan bahwa itu merupakan hasil olahan dengan bantuan kecerdasan buatan dari Midjourney.

“Awalnya, saya tidak berpikir banyak orang mengira gambar itu adalah foto asli. Padahal mata dan kulitnya tidak realistis,” ujarnya.

Dia kemudian memperbaiki kelemahan itu dengan bantuan Adobe Photoshop. Hasilnya foto itu nyaris sempurna sehingga instagram-nya banyak yang suka. Isinya adalah potret yang menakjubkan dan gamblang dari orang-orang yang cantik,  tetapi sebetulnya tidak nyata.

Banyak dari follower-nya mengira itu gambar asli. “Orang-orang akan bertanya di kolom komentar tentang perlengkapan kamera dan lensa yang saya pakai,” katanya.

“Saya akan menanggapi dengan menyebutkan peralatan yang benar-benar saya gunakan untuk foto asli atau peralatan yang saya sertakan sebagai bagian dari prompt.”

Dia mengakui jawabannya “menyesatkan” karena mereka (para follower-nya) mengira dia menggunakan perlengkapan yang ada di kameranya saja untuk membuat gambar spesifik itu.

Namun, Avery semakin mendalami penipuannya. Ia menghabiskan berjam-jam memilih dan mengedit gambar untuk meningkatkan hasilnya agar terkesan nyata. Jumlah pengikutnya pun meningkat dengan cepat, dan eksperimennya sukses.

“Ini di luar ekspektasi. Pengikut yang tertipu dan jawaban saya yang menyesatkan, membuat saya merasa tidak nyaman, dan saya sulit tidur di malam hari,” kata Avery.

Dia akhirnya membuat ‘pengakuan dosa’ dengan memberi tahu hal sesungguhnya di situs web spesialis Ars Technica apa yang telah dia lakukan. Ia juga menambahkan di biografi Instagram-nya bahwa karya-karya fotonya itu berkat bantuan AI (kecerdasan buatan) dan mulai memberikan jawaban jujur ​​kepada pengikutnya. “Sejak saat itu aku bisa tidur lebih nyenyak,” katanya.

Tentu saja sebagian yang merasa tertipu ada yang mengecam dan membully-nya sehingga Avery terpaksa memblokir beberapa pengikutnya. “Saya harus memblokir sekitar 30 orang,” ujarnya. Namun, menurut Avery reaksi pengikutnya secara keseluruhan positif, dan akun Instagram-nya, sekarang dengan hampir 40.000 pengikut, masih terus bertambah.

Sekarang dia mengisinya dengan fotografi nyata dan gambar berlabel jelas yang dihasilkan dari Midjourney. Dia mengatakan teknologi AI sangat bermanfaat, membantunya menemukan kecintaan pada fotografi potret wajah. Tapi, sisi negatifnya, sekali lagi dia tidak bisa tidur nyenyak. Namun, kali ini karena harus  begadang sepanjang malam mengotak-atik gambar di Midjourney. (AFP/M-3)

Sumber: mediaindonesia.com

Exit mobile version