PRESIDEN Joko Widodo menegaskan bahwa kunci untuk meningkatkan daya saing bangsa adalah penguatan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Dengan SDM yang mumpuni, Indonesia bisa menjadi negara maju yang tidak hanya diperhitungkan di tingkat regional tetapi juga global.
Sayangnya, Indonesia hingga saat ini masih dihadapkan pada persoalan klasik, yaitu stunting, yang terus menghambat pengembangan kualitas SDM.
“SDM unggul itu jadi kunci daya saing bangsa. Sayangnya, stunting di negara kita masih jadi pekerjaan rumah yang sangat besar yang harus diselesaikan,” ujar Jokowi saat membuka Rakernas Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana, dan Penurunan Stunting di Jakarta, Rabu (25/1).
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah penderita stunting di Tanah Air per akhir 2022 sebesar 21,26%. Meski sudah turun drastis dari 37% di 2014, Jokowi menganggap angka itu masih jauh dari target 14% di 2024 mendatang.
Persoalan kekurangan gizi kronis, menurut Kepala Negara, bisa membawa dampak buruk yang sangat fatal.
Itu tidak hanya membuat para penderitanya mengalami gangguan kesehatan tetapi juga membuat negara kehilangan kemampuan untuk berkompetisi di dunia.
Pasalnya, anak-anak penderita stunting akan mengalami kesulitan belajar dan berkembang saat dewasa.
“Dampak stunting ini bukan hanya urusan tinggi badan. Yang paling berbahaya adalah rendahnya kemampuan anak untuk belajar, keterbelakangan mental, dan munculnya penyakit-penyakit kronis yang gampang masuk ke tubuh anak,” jelas mantan Wali Kota Solo itu.
“Kita harus ingat bahwa jumlah penduduk ini sekarang jadi sebuah kekuatan ekonomi bagi sebuah negara. Namun yang lebih penting lagi itu kualitasnya.”
Oleh karena itu, Jokowi meminta Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) untuk menjalankan tugas penanganan program stunting secara maksimal.
Lembaga tersebut dituntut untuk mampu meningkatkan kualitas keluarga dan menjaga keseimbangan pertumbuhan penduduk dengan cara melakukan penyuluhan kesehatan bagi masyarakat.
“Saya meyakini 1,2 juta penyuluh yang ada di BKKBN plus pendampingnya mampu melakukan itu. Target 14% di 2024 harus bisa kita capai. Saya yakin dengan kekuatan bersama, semua bergerak, angka itu tidak sulit untuk dicapai,” pungkasnya. (OL-8)
Sumber: mediaindonesia.com