JIKA boleh mengandai-andai, lebih baik kita menjadi selebritas langit daripada selebritas bumi. Selebritas bumi populer dengan segala macam popularitasnya di bumi. Semua orang kenal, tapi tidak satu pun makhluk langit yang mengenalnya. Sementara itu, selebritas langit tidak populer di bumi, tapi semua penghuni langit mengenalnya.
Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar mencontohkan dalam Al-Qur’an bahwa ada seseorang yang menantang Allah swt yang bernama Firaun, semuanya kenal. Sebaliknya, siapa kenal Nabi Khidir yang merupakan partner Nabi Musa. Dia ialah artis langit, tapi tidak ada yang kenal di bumi. Sementara itu, Firaun ialah artis bumi, tapi tidak ada yang kenal di langit.
“Mari mengambil hikmah pada bulan suci Ramadan ini, apa artinya bila tidak pernah menanam saham untuk bisa populer di langit. Jangan sampai nanti tidak ada yang kenal kita di langit sehingga kita menjadi orang yang tersesat di sana.”
Oleh karena itu, belajarlah menyembunyikan diri, tidak ria, dan belajar menjalani hidup ini dengan menutup diri dari berbagai macam vulgarisme kehidupan. “Oke, memang perlu terkenal, tetapi jangan sampai keterkenalan kita itu ditebus dengan ada unsur bohongnya, ria, demonstratif karena di situ menyalahi akhlakul karimah,” ujar Nasaruddin.
Apa artinya memiliki rumah mewah, mobil mewah, dan jabatan tinggi, tetapi itu perolehannya dengan jalur hitam. Maka itu, kita gelap gulita di langit. Lebih baik sederhana di bumi dan nantinya akan terang di langit. Sungguh sangat bahagia kita mendapatkan kesempatan untuk mampu mengenali diri, menahan diri, sekaligus mencegah apa pun yang tidak menguntungkan di langit, di akhirat.
“Bulan suci Ramadan adalah peluang yang paling bagus untuk melakukan spiritual training dan melakukan percobaan perjalanan hidup yang terkendali. Karena itu, jangan terpancing nafsu dan Insya Allah nanti pada saatnya kita akan menjadi selebritas langit.” (Iam/H-1)
Sumber: mediaindonesia.com