BAGI petani di Tanjung Jabung Barat dan Timur, Jambi, selama ini limbah pelepah pinang tidak ada harganya. Mereka cuma menumpuk pelepah pinang yang jatuh di kebun sampai membusuk atau terkadang membakarnya.
Namun, dari riset dan inovasi yang dilakukan Rumah Jambe-e, kini mereka bisa mendapatkan penghasilan tambahan dengan mengumpulkan limbah pelepah pinang.
Rumah Jambe-e melahirkan inovasi produk ramah lingkungan dengan wadah makanan sekali pakai dari limbah pelepah pinang. Petani pinang pun kini bisa mendapat uang tambahan dengan per lembar pelepah seharga Rp600.
Selain itu, Rumah Jambe-e kini juga memberikan pelatihan kepada para petani di dua wilayah itu tentang cara memproduksi wadah makanan dari pelepah pinang.
“Dari total ada 14 mesin produksi yang kami miliki, empat unit kami taruh di dua wilayah di Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur. Mereka bisa memproduksi wadah makanan pelepah pinang mereka sendiri, dan bisa dijual di wilayah mereka, tanpa harus menyetor ke kami,” terang Ko-pendiri Rumah Jambe-e, Rudi Nata, saat berbincang dengan Media Indonesia di Pameran Pasar WhatsApp di Senayan Park, Jakarta, Senin (31/10).
Rumah Jambe-e pun berencana memproduksi wadah makanan dari limbah pelepah pinang sepenuhnya dilakukan di dua wilayah tersebut sehingga dapat memangkas ongkos distribusi material. Adapun Rumah Jambe-e tinggal bertugas memasarkan produknya.
“Salah satu desa yang sudah jadi langganan kami untuk memperoleh limbah pelepah pinang ialah Teluk Kulbi, Kecamatan Betara, Tanjung Jabung Barat. Kini kebun pinang mereka jadi lebih bersih karena limbahnya pelepah bisa diolah. Nah, yang paling konkret, ya, sekarang pelepah ada nilainya. Tadinya kan cuma dibiarkan membusuk.” (Jek/M-3)
Sumber: mediaindonesia.com