RUMAH Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Sardjito Yogyakarta terpilih sebagai hub kedua program Telementoring ECHO untuk penanganan kanker payudara di wilayah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, mengikuti jejak RS Kanker Dharmais Jakarta.
Setelah penunjukan ini, RSUP dr Sardjito akan memulai program ECHO pada 4 November 2022 dengan fokus pada kanker payudara. Sesi pertama ditargetkan untuk diikuti kurang lebih 70 peserta dari 11 rumah sakit daerah dan 12 rumah sakit vertikal.
“Telementoring Extension for Community Healthcare Outcomes (ECHO) mengembangkan jejaring tenaga kesehatan khusus kanker di berbagai daerah serta ekosistem pelayanan kanker yang lebih baik,” sebut Direktur Utama RS Kanker Dharmais dr Soeko W Nindito, MARS dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (2/11).
ECHO merupakan model telementoring inovatif yang menghubungkan tenaga kesehatan di daerah (disebut dengan spoke) dengan spesialis/ahli di pusat rujukan (disebut dengan hub). Jadi pasien bisa ditangani di daerah tanpa harus selalu dirujuk.
Dirut RS Kanker Dharmais menyatakan, kerja sama multipihak melalui telementoring ECHO menjadi sangat krusial, selain peningkatan tata laksana kanker dan kapasitas tenaga kesehatan di rumah sakit. Hal itu dilakukan untuk mempercepat pengembangan jejaring penanganan kanker nasional karena SDM dan alat yang terbatas.
Sebelumnya, RS Kanker Dharmais telah menjadi hub pertama di Indonesia yang menaungi berbagai rumah sakit di daerah. Hingga 2022, program telementoring ECHO telah diterapkan dalam 3 fokus area yakni kanker anak, kanker payudara serta deteksi dini kanker payudara.
Khusus untuk deteksi dini kanker payudara, jelas Dirut RS Kanker Dharmais, pihaknya menggandeng Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) untuk para kader kesehatan dan bidan dua Puskesmas di daerah Kabupaten Tangerang.
“Program ECHO telah menjangkau lebih dari 240 tenaga kesehatan yang berada di 23 rumah sakit di berbagai daerah di Indonesia,” tambahnya.
Saat ini, penyakit kanker masih menjadi satu dari tiga penyakit tidak menular (PTM) dengan prevalensi dan tingkat kematian tertinggi, di samping penyakit jantung dan stroke.
Berdasarkan data Globocan 2020, terdapat 396.914 kasus baru kanker dengan 234.511 kematian di Indonesia. Di sisi lain, ketimpangan jumlah dan penyebaran fasilitas pelayanan kanker dan terbatasnya jumlah tenaga medis ahli khusus kanker masih menjadi tantangan dalam penanganan kanker di Indonesia.
Tahapan penting
Program telementoring ECHO terwujud atas keja sama Pusat Kanker Nasional RS Kanker Dharmais bersama Roche Indonesia. Mereka meluncurkan tahapan penting dalam kolaborasi multipihak guna meningkatkan hasil penanganan kanker di Indonesia.
Presiden Direktur PT Roche Indonesia Ait-Allah Mejri menjelaskan, kemitraan ini berfokus pada upaya peningkatan hasil tata laksana kanker melalui tiga program utama yaitu program telementoring ECHO, pengembangan kapasitas perawat onkologi dan implementasi peran Navigator Pasien Kanker (NAPAK).
Kemitraan dengan RSUP dr Sardjito meliputi dimulainya telementoring ECHO sebagai bagian dari Pelatihan Keperawatan Onkologi Dasar. Kemudian dimulainya pembelajaran untuk 31 orang penerima beasiswa perawat spesialis onkologi di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia serta dimulainya pembelajaran untuk 25 orang peserta program Navigator Pasien Kanker di Tata Memorial Center India.
Roche berharap kemitraan ini akan mengarah pada pemberian penanganan terbaik dalam praktik kepada masyarakat yang kurang terlayani di Indonesia.
“Kami menganggap bahwa kesenjangan nasional dalam penyedia layanan kesehatan yang terampil merupakan halangan utama untuk memberikan penanganan kanker yang merata dan berkualitas tinggi. Kami percaya bahwa mengambil tanggung jawab sebagai mitra sistem kesehatan dan pemerintah Indonesia sama pentingnya dengan inovasi ilmiah kami,” ujarnya.
Berlangsung sejak 2021, program ECHO menargetkan untuk mendirikan 10 hub layanan kanker yang tersebar di wilayah Indonesia bagian barat hingga timur dengan partisipasi lebih dari 100 rumah sakit (spokes) pada tahun 2024. (H-2)
Sumber: mediaindonesia.com