DINAS Kearsipan dan Perpusatakaan (DKP) Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, meraih penghargaan dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dalam program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial.
Selain itu DKP juga dipercayakan sebagai narasumber dalam peer learning
meeting Nasional 2022 di Surabaya, pada 4-7 Desember.
Kepala Dinas Kearsipan (DKP) Kabupaten Lembata, Apolonaris Apol Mayan di Lewoleba mengungkapkan program transformasi merupakan program dari Perpustakaan Nasional RI yang bertujuan menciptakan masyarakat sejahtera melalui transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial.
Secara khusus, program tersebut bertujuan meningkatkan kualitas
pelayanan perpustakaan yang bersifat inklusif, meningkatkan penggunaan
layanan oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan berbasis
komunitas serta komitmen dan dukungan stakeholder untuk transformasi
yang berkelanjutan.
Penghargaan ini diserahkan langsung oleh Pustakawan Ahli Utama
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Dedi Junaedi di Jakarta.
Dalam menjalankan program ini Dinas Kearsipan Kabupaten Lembata
memfasilitasi seluruh program kerja mulai dari bimbingan belajar
matematika untuk SMP, kursus bahasa Inggris untuk SD, SMP dan difabel,
pelatihan jurnalistik, mengaji asyik di bulan Ramadhan, pembuatan film
oleh komunitas Ciliata, juga literasi ekonomi, pelatihan pembuatan abon
ayam.
Apolonaris mengapresiasi pencapaian program transformasi. “Perpustakaan hadir sebagai lembaga yang mentransformasi nilai untuk pemberdayaan masyarakat mencapai kesejahteraan dan mampu bersaing,” ungkapnya, Jumat (9/12).
Perbaikan ekonomi
Sementara itu, Ignasio Mariano Riangtoby, pustakawan DKP Lembata menyatakan program transformasi tidak hanya diarahkan kepada anak sekolah tetapi melibatkan masyarakat secara umum yang menjangkau hal normatif dan kemanusiaan.
Rangkaian program ini berkolaborasi dengan relawan dari berbagai latar
belakang mulai dari jurnalis, penulis, fotografer, videografer, konten
kreator dan guru. Program ini terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya.
“Gedung Perpustakaan megah harus diperkenalkan kepada masyarakat
melalui kegiatan yang kreatif, inovatif dan menghidupkan literasi,
karena sesungguhnya literasi adalah kesejahteraan,” tambahnya.
Salah satu peserta Impact, Yusuf Trisno mengatakan, kegiatan ini juga
memberikan kesempatan kepada difabel untuk menceritakan secara langsung
dampak dari program transformasi. Dengan mengenal perpustakaan yaitu membaca buku akhirnya bisa memperbaiki ekonomi. (N-2)
Sumber: mediaindonesia.com