MICE  

“Perpustakaan’ Es Kuno ini Membantu para Ilmuwan Memahami Perubahan Iklim.

Ice Core Archive, sebuah freezer (ruang pendingin) raksasa di Kopenhagen, Denmark, menampung es sepanjang 25 kilometer (15 mil) yang sebagian besar dikumpulkan dari Greenland. ‘Perpustakaan’ ini membantu para ilmuwan memahami perubahan iklim.

“Apa yang kami miliki dalam arsip ini adalah perubahan iklim prasejarah, catatan aktivitas manusia dalam 10 ribu tahun terakhir,” kata profesor glasiologi Jorgen Peder Steffensen dari Universitas Kopenhagen seperti diktip AFP, Kamis (16/11).

Sejak 1991, Steffensen mengelola ‘gudang’ tersebut. Tempat ini salah satu yang terbesar di dunia dengan 40 ribu balok es yang ditumpuk di deretan rak panjang dalam kotak-kotak besar. Sampel beku itu unik, terdiri dari salju terkompresi dan bukan air beku.

“Semua ruang udara di antara kepingan salju terperangkap sebagai gelembung di dalamnya (dan) udara di dalam gelembung tersebut memiliki usia yang sama dengan es,” jelas Steffensen.

Ruang depan ‘gudang’ itu mirip dengan ruang baca perpustakaan. Di sinilah para ilmuwan dapat meneliti es yang telah mereka ambil dari “perpustakaan” atau ruang penyimpanan utama.

Namun mereka harus cepat karena suhu di ruang depan dijaga pada -18 derajat Celcius (-0,4F), jelas lebih nyaman dibandingkan dengan -30C (-22F) di ruang penyimpanan.

Di sini, Steffensen mengeluarkan balok es dari sebuah kotak. Gelembung udaranya terlihat dengan mata telanjang. Itu adalah salju yang turun selama musim dingin di tahun nol. “Jadi kita punya salju Natal yang sesungguhnya,” kata Steffensen sambil tersenyum lebar.

Batuan Dasar

Sebuah tim peneliti membawa inti es pertama ke Denmark pada tahun 1960-an dari Camp Century, sebuah pangkalan rahasia militer AS di Greenland.

Penemuan terbaru terjadi pada musim panas ini, ketika para ilmuwan menemukan batuan dasar di Greenland timur pada kedalaman 2,6 kilometer, dan mengumpulkan es tertua yang mungkin ada.

Sampel tersebut mengandung ekstrak dari 120 ribu tahun yang lalu, selama periode interglasial terbaru ketika suhu udara di Greenland 5C lebih tinggi dibandingkan saat ini.

“Dunia kini jauh lebih hangat dibandingkan saat ini. Tapi itu terjadi sebelum manusia ada di sana,” kata Steffensen.

Es yang baru didapat ini seharusnya membantu pemahaman para ilmuwan tentang kenaikan permukaan air laut, yang hanya dapat dijelaskan sebagian oleh menyusutnya lapisan es.

Penjelasan lain berasal dari aliran es yang bergerak cepat di lapisan yang mencair dengan kecepatan yang mengkhawatirkan.

“Jika kita memahami aliran es dengan lebih baik, kita bisa mendapatkan gambaran yang lebih baik tentang seberapa besar kontribusinya (terhadap kenaikan permukaan laut) dari Greenland dan Antartika di masa depan,” kata Steffensen.

Dia berharap bisa memprediksi kenaikan permukaan air laut dalam 100 tahun dengan margin kesalahan 15 sentimeter — peningkatan besar dibandingkan 70 sentimeter saat ini.

Harta Karun

Inti es adalah satu-satunya cara untuk menentukan keadaan atmosfer sebelum terjadinya polusi akibat ulah manusia. “Dengan inti es, kami telah memetakan bagaimana gas rumah kaca, karbon dioksida, dan metana bervariasi dari waktu ke waktu,” kata Steffensen.

“Dan kita juga bisa melihat dampak pembakaran bahan bakar fosil di zaman modern ini,” imbuh pria yang beristrikan Dorthe Dahl-Jensen, yang juga merupakan pakar terkemuka di bidang paleoklimatologi.

Proyek ini terpisah dari yayasan Ice Memory, yang telah mengumpulkan inti es dari 20 lokasi di seluruh dunia untuk melestarikannya bagi para peneliti masa depan di stasiun penelitian Concordia, kolaborasi Perancis-Italia di Antartika, sebelum menghilang selamanya karena perubahan iklim.

“Menyimpan memori es Greenland sangatlah baik,” kata kepala yayasan, Jerome Chappellaz. Namun, dia mencatat, penyimpanan sampel dalam freezer industri rentan terhadap gangguan teknis, pendanaan, serangan, atau bahkan perang.

Pada tahun 2017, ruangan pendingin yang rusak di Universitas Alberta di Kanada membuat 13% sampel es berharga berusia ribuan tahun terkena suhu panas yang tidak diinginkan.

Di Stasiun Concordia, suhu rata-rata tahunan adalah -55C, memberikan kondisi penyimpanan optimal selama berabad-abad mendatang. “Mereka punya harta karun,” kata Chappellaz, sambil mengajak Denmark untuk bergabung dengan proyek tersebut. “Kita harus melindungi ‘harta karun’ ini dan sejauh mungkin memastikan bahwa ini menjadi warisan dunia bagi umat manusia. tegasnya.” (AFP/M-3)

Ice Core Archive, sebuah freezer (ruang pendingin) raksasa di Kopenhagen, Denmark, menampung es sepanjang 25 kilometer (15 mil) yang sebagian besar dikumpulkan dari Greenland. ‘Perpustakaan’ ini membantu para ilmuwan memahami perubahan iklim.

“Apa yang kami miliki dalam arsip ini adalah perubahan iklim prasejarah, catatan aktivitas manusia dalam 10 ribu tahun terakhir,” kata profesor glasiologi Jorgen Peder Steffensen dari Universitas Kopenhagen seperti diktip AFP, Kamis (16/11).

Sejak 1991, Steffensen mengelola ‘gudang’ tersebut. Tempat ini salah satu yang terbesar di dunia dengan 40 ribu balok es yang ditumpuk di deretan rak panjang dalam kotak-kotak besar. Sampel beku itu unik, terdiri dari salju terkompresi dan bukan air beku.

“Semua ruang udara di antara kepingan salju terperangkap sebagai gelembung di dalamnya (dan) udara di dalam gelembung tersebut memiliki usia yang sama dengan es,” jelas Steffensen.

Ruang depan ‘gudang’ itu mirip dengan ruang baca perpustakaan. Di sinilah para ilmuwan dapat meneliti es yang telah mereka ambil dari “perpustakaan” atau ruang penyimpanan utama.

Namun mereka harus cepat karena suhu di ruang depan dijaga pada -18 derajat Celcius (-0,4F),  jelas lebih nyaman dibandingkan dengan -30C (-22F) di ruang penyimpanan.

Di sini, Steffensen mengeluarkan balok es dari sebuah kotak. Gelembung udaranya terlihat dengan mata telanjang. Itu adalah salju yang turun selama musim dingin di tahun nol. “Jadi kita punya salju Natal yang sesungguhnya,” kata Steffensen sambil tersenyum lebar.

Batuan Dasar

Sebuah tim peneliti membawa inti es pertama ke Denmark pada tahun 1960-an dari Camp Century, sebuah pangkalan rahasia militer AS di Greenland.

Penemuan terbaru terjadi pada musim panas ini, ketika para ilmuwan menemukan batuan dasar di Greenland timur pada kedalaman 2,6 kilometer, dan mengumpulkan es tertua yang mungkin ada.

Sampel tersebut mengandung ekstrak dari 120 ribu tahun yang lalu, selama periode interglasial terbaru ketika suhu udara di Greenland 5C lebih tinggi dibandingkan saat ini.

“Dunia kini jauh lebih hangat dibandingkan saat ini. Tapi itu terjadi sebelum manusia ada di sana,” kata Steffensen.

Es yang baru didapat ini seharusnya membantu pemahaman para ilmuwan tentang kenaikan permukaan air laut, yang hanya dapat dijelaskan sebagian oleh menyusutnya lapisan es.

Penjelasan lain berasal dari aliran es yang bergerak cepat di lapisan yang mencair dengan kecepatan yang mengkhawatirkan.

“Jika kita memahami aliran es dengan lebih baik, kita bisa mendapatkan gambaran yang lebih baik tentang seberapa besar kontribusinya (terhadap kenaikan permukaan laut) dari Greenland dan Antartika di masa depan,” kata Steffensen.

Dia berharap bisa memprediksi kenaikan permukaan air laut dalam 100 tahun dengan margin kesalahan 15 sentimeter — peningkatan besar dibandingkan 70 sentimeter saat ini.

Harta Karun

Inti es adalah satu-satunya cara untuk menentukan keadaan atmosfer sebelum terjadinya polusi akibat ulah manusia. “Dengan inti es, kami telah memetakan bagaimana gas rumah kaca, karbon dioksida, dan metana bervariasi dari waktu ke waktu,” kata Steffensen.

“Dan kita juga bisa melihat dampak pembakaran bahan bakar fosil di zaman modern ini,” imbuh pria yang beristrikan Dorthe Dahl-Jensen, yang juga merupakan pakar terkemuka di bidang paleoklimatologi.

Proyek ini terpisah dari yayasan Ice Memory, yang telah mengumpulkan inti es dari 20 lokasi di seluruh dunia untuk melestarikannya bagi para peneliti masa depan di stasiun penelitian Concordia, kolaborasi Perancis-Italia di Antartika, sebelum menghilang selamanya karena perubahan iklim.

“Menyimpan memori es Greenland sangatlah baik,” kata kepala yayasan, Jerome Chappellaz. Namun, dia mencatat, penyimpanan sampel dalam freezer industri rentan terhadap gangguan teknis, pendanaan, serangan, atau bahkan perang.

Pada tahun 2017, ruangan pendingin yang rusak di Universitas Alberta di Kanada membuat 13% sampel es berharga berusia ribuan tahun terkena suhu panas yang tidak diinginkan.

Di Stasiun Concordia, suhu rata-rata tahunan adalah -55C, memberikan kondisi penyimpanan optimal selama berabad-abad mendatang. “Mereka punya harta karun,” kata Chappellaz, sambil mengajak Denmark untuk bergabung dengan proyek tersebut. “Kita harus melindungi ‘harta karun’ ini dan sejauh mungkin memastikan bahwa ini menjadi warisan dunia bagi  umat manusia. tegasnya.” (AFP/M-3)

Sumber: mediaindonesia.com