MICE  

Pengulangan

KARENA reputasi para sufi yang dikenal memiliki kemampuan khusus, sekelompok perampok menduduki sebuah biara dan berpura-pura menjadi para sufi.

Nasrudin dan anak laki-lakinya yang masih kecil sedang melakukan perjalanan panjang ketika mereka dikenali salah seorang perampok yang menyamar tadi. Mereka mulai menampilkan sebuah tarian dengan suara-suara gaduh.

Ketika kedua orang itu mendekat, Nasrudin berkata kepada anaknya. “Malam segera tiba dan kelihatannya di hadapan kita ini ada sebuah biara milik para sufi. Mari kita mencari bantuan dari mereka.”

Sufi bohong-bohongan itu menyambut Nasrudin dengan ramah dan bahkan meminta sang mullah untuk ikut serta dalam latihan mereka yang khas itu. Latihan tari itu terdiri atas gerakan melingkar, pengulangan kalimat-kalimat yang setiap kali diubah sendiri oleh pemimpinnya.

Sekarang sang mullah sudah asyik dengan mereka dan sudah juga berteriak-teriak histeris. Pemimpin para sufi itu mulai berteriak: “Kuberikan keledaiku! Kuberikan keledaiku!”

Dengan patuhnya, sang mullah mengulang apa yang dikatakan sang pemimpin dan tempo tarian semakin tinggi sampai akhirnya ia jatuh tak sadarkan diri.

Ketika bangun, bersamaan dengan munculnya fajar, sang mullah mendapati para perampok keledainya telah lenyap.

“Kupikir engkau bisa menjaga binatang!” teriak Nasrudin pada anaknya. “Ya, ayah. Tapi ketika salah seorang sufi itu datang dan mengambil keledai kita, aku ingin mengadu pada ayah, tapi ayah malah berteriak ‘kuberikan keledaiku!’ berulang-ulang di hadapan orang-orang itu sehingga aku berpikir bahwa ayah memang telah memberikannya kepada mereka,” jawab polos sang anak. (Fal/H-1)

 

Sumber : Buku Humor Sufi IIIPenulis Siti Zainab Luxfiati dan Tartila Tartusi. Tahun terbit 2007.

Sumber: mediaindonesia.com