PEMERINTAH Provinsi Jawa Barat memastikan akan meneruskan program petani milenial meski hingga saat ini masih karut marut.
Kepala Biro Perekonomian Provinsi Jawa Barat Yuke Mauliani mengatakan, gagasan gubernur Ridwan Kamil itu sangat tepat terutama untuk meregenerasi petani.
Saat ini, menurutnya, jumlah petani di Jawa Barat terus berkurang. Kondisi itu diperparah dengan hampir tidak adanya anak muda yang mau menjadi petani.
“Pada sisi lain, ancaman krisis pangan menghantui kita. Semakin ke depan jumlah penduduk semakin banyak,” katanya di Bandung, Kamis (2/2).
Program petani milenial, menurutnya, sangat bermanfaat untuk mengatasi
persoalan tersebut. “Makanya program ini akan diteruskan, karena ini
sangat dibutuhkan dan bukan pencitraan.”
Dia tidak memungkiri masih ada persoalan dengan program tersebut. Salah satunya terkait adanya kekecewaan dari petani milenial di Kabupaten Bandung Barat, karena jerih payah mereka dalam membudidayakan tanaman hias tidak berujung manis.
Menurut Yuke, hal itu terjadi karena pasar tanaman hias yang berada di
Amerika Serikat tengah lesu akibat krisis global yang saat ini terjadi.
“Kita memulai petani milenial tanaman hias itu pada Juli 2021. Tapi
Februari 2022 ada perang Rusia-Ukraina yang memicu krisis global,”
katanya.
Hal serupa disampaikan Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat Dadan Hidayat. “Kita perlu banyak pangan ke depan. Tapi banyak generasi muda yang tak minat di sektor pertanian,” katanya.
Dia pun menilai tanaman hias memiliki potensi yang besar. “Nilainya
ekspornya sangat besar.”
Sebelumnya, seorang petani milenial di Kabupaten Bandung Barat merasa kecewa karena offtaker yang bekerja sama dengannya tidak menyerap hasil panen tanaman hias yang dibudidayakannya. Pada sisi lain,
dia harus menanggung tagihan kredit dari Bank BJB. (N-2)
Sumber: mediaindonesia.com