MICE  

Membangun Optimisme Menuju IKN Nusantara sebagai Pusat Peradaban Baru

IBU Kota Negara (IKN) Nusantara membutuhkan investor fresh money bukan investasi yang bersifat kuning.

“Investasi kuning itu kontraktor datang, kerja dan terus pergi. Mereka juga seperti investor yang bergerak di bidang perdagangan batu bara,” ungkap pengamat ekonomi, Dr Michael, di Samarinda, Kalimantan Timur, Senin (16/1).

Sementara IKN, lanjut dia, membutuhkan investor yang bersifat fresh money. Investasi jenis ini permanen. Banyak contohnya, di antaranya investasi di bidang kuliner seperti Kentucky Fried Chicken atau Maspion.

“Mereka menanam modal, sekaligus membuka lapangan kerja. Kehadirannya bermanfaat dalam jangka waktu lama atau seumur hidup, sehingga operasional perusahaan ikut berkontribusi meningkatkan perekonomian negara,” tambah Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman, Samarinda, itu.

Dia menambahkan fresh money ini yang biasa disebut investasi hijau. Investor jangka pendek  pembangunan IKN belum memberikan dampak yang signifikan dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia, baik perekenomian regional maupun nasional. Lain halnya dengan yang berjangka panjang, mereka akan memberikan dampak signifikan.

Untuk melihat peningkatan ekonomi akibat pembangunan IKN, menurut Michael, ukurannya dapat ditentukan melalui peningkatan pendapatan nasional, peningkatan aset penduduk dan perkembangan aksesibilitas. Jika tiga indikator ini tidak dapat dipenuhi dalam pembangunan IKN, maka dalam ilmu ekonomi, IKN ini tidak memenuhi sasaran pembangunan.

Di sisi lain, dalam jangka panjang, yang bisa diharapkan dari IKN ialah bisa mendekati perkembangan yang dicapai Jakarta saat ini. “Ada dua hal yang bisa kita lihat. Pertama Proximity, artinya IKN ini paling tidak sama dengan Jakarta yang ada sekarang bahkan kalau bisa harus lebih dari Jakarta,” ungkapnya.  

Kedua amenities. Di IKN harus tersedia berbagai fasilitas, baik itu pendidikan, rumah sakit dan banyak hal yang dibutuhkan masyarakat setempat.

“Fasilitas ini bukan hanya dalam kelas regional atau nasional. Kalau bisa sampai internasional. Saya mengapresiasi pembangunan IKN. Kehadirannya bisa memberikan dampak positif, sekaligus mengurangi dikotomi antara Pulau Jawa dengan pulau lain, atau perbedaan antara barat dan timur,” papar Michael.

Studi komparatif


Dia sepakat untuk melihat kemajuan yang terjadi akibat pembangunan IKN harus dilakukan studi komparatif sebelum dan sesudah pembangunan. “Tidak bisa hanya dilihat secara kasat mata begitu saja. Misal untuk melihat peningkatan aset masyarakat, harus dilihat sebelum dan sesudah pembangunan IKN. Begitu juga dengan aksesibilitas maupun pendapatan warga.”

Hal ini sangat penting karena sampai sekarang belum ada yang terpikir sampai ke sana. Tanpa studi komparatif, tegasnya, tidak bisa disimpulkan ada atau tidaknya kemajuan.

“Harapan saya IKN ini tetap harus bisa dibangun sedemikian rupa. Bahwa IKN ini harus diupayakan menjadi proximity dari Jakarta dan amenities dari Jakarta bahkan kalau bisa lebih dari Jakarta,” tandasnya.

Menurut Michael, tanpa proximity dan amenities yang terukur, pembangunan IKN tidak berarti apa-apa. “Ini kuncinya. Pembangunan dari aspek perekonomian regional, wilayah dan nasional secara makro.”

Dia juga mengingatkan soal kebijakan ekonomi dan kemampuan bank sentral dalam mengayomi empat pasar, yakni pasar komoditas atau sektor riil, pasar uang, pasar tenaga kerja dan pasar surat-surat berharga.

“Kalau keempat pasar ini bisa dijalankan di IKN, maka IKN sebagai pusat peradaban baru pasti bisa diwujudkan,” tegas Michael. (N-2)


Sumber: mediaindonesia.com