MICE  

Memanfaatkan Kawasan Leuser Tanpa Merusak Hutan

HUTAN tropis dan kekayaan alam di Kawasan Leuser Aceh masih jadi harapan sekaligus perhatian dunia karena kontribusinya meredam dampak perubahan iklim.

Ketua Dewan Pertimbangan Perubahan Iklim Sarwono Kusumaatmadja mengatakan di Brasil yang sudah lama melonggarkan komitmennya untuk mengubah hutan tropisnya menjadi ladang jagung, kedelai, dan peternakan. Sehingga Kawasan Leuser menjadi perhatian dunia.

“Sehingga posisi kita menjadi lebih kuat diakui oleh negara lain pihak yang punya komitmen terhadap pengendalian perubahan iklim dengan dibuktikan menurunnya deforestasi selama 4 tahun belakangan ini dan mengurungnya insiden kebakaran hutan,” kata Sarwono dalam webinar dari Diaspora Global Aceh, Jumat (28/10).

Sarwono mengatakan saat ini untuk memanfaatkan Kawasan Leuser adalah tidak boleh mengorbankan kawasan sebagai hutan tropis dengan keanekaragaman hayati yang tinggi. Karena jika dikorbankan akan berdampak pada yang lainnya.

“Sehingga yang bisa dimanfaatkan adalah ketersediaan air untuk pertanian, energi, kebutuhan manusia. Selain itu sifat dari kawasan jajaran pegunungan di Sumatera bisa dimanfaatkan bagi pengembangan geothermal meski tidak mudah,” ungkapnya.

Kawasan Leuser juga bisa digunakan untuk memproduksi kayu yang bersifat cepat tumbuh dan tidak menyebabkan deforestasi. Manfaat yang dihasilkan bisa untuk energi masyarakat.

“Pilihannya jelas dan strategis karena tidak banyak negara hang punya hutan tropis. Sehingga kita bisa kembangkan saat ini,” ungkapnya.

Di kesempatan yang sama Wakil Ketua Diaspora Global Aceh Surya Darma mengatakan kepentingan lingkungan biasanya bertentangan dengan sumber daya alam yang dieksplorasi, di sisi lain Indonesia memiliki sumber daya alam yang luar biasa besar dan saat ini sangat bergantung pada sumber daya alam.

Sementara Kawasan Leuser yang saat ini sudah dijadikan sebagai paru-paru dunia dan menjadi kawasan strategis nasional menjadi penting bagu masyarakat Indonesia terutama masyarakat Provinsi Aceh, Kawasan Leuser di Pegunungan Bukit Barisan memiliki sumber daya alam yang sangat banyak.

“Potensi itu sangat lengkap dan komplit bagi kepentingan bagi sumber daya alam dan mineral. Namun di lain pihak kawasan Leuser ini merupakan kawasan strategis yang harus dijaga,” kata Surya.

Tentu muncul pertanyaan apa manfaat yang akan didapatkan dari menjaga Kawasan Leuser. Surya menilai 2 kepentingan tersebut busa bersinergi yang luar biasa karena pencapaian penurunan emisi karbon dalam Perjanjian Paris akan dipenuhi melalui 2 kelompok besar yakni kelompok kehutanan dan sektor energi.

“Kalau dua kelompok ini bisa dijaga dengan baik tentu ini akan bisa menurunkan emisi karbon yang targetnya 9 persen di 2030,” ucapnya.

Kepala Dinas ESDM Aceh Mahdinur mengatakan memanfaatkan kawasan hutan tentu bisa mendapatkan pertambangan, mineral dan batu bara hingga akan membuka lapangan pekerjaan dan membuka kontribusi ekonomi bagi daerah. Sehingga pembangunan di daerah sekitar akan terbangun dan bisa mendukung pembangunan infrastruktur baru.

Namun adanya penggalian pertambangan sudah pasti merusak, dalam hal ini harus dilengkapi dengan AMDAL yang dikaji dengan kerusakan pencemaran air, kerusakan hutan, perusakan kesuburan hutan dan sebagainya yang dikaji dalam AMDAL sehingga dampaknya bisa diminimalisir.

“Selain itu adanya konflik sosial karena penggalian bisa memberikan penyakit di sekitar tambang,” ujarnya.

Mahdinur menegaskan bahwa Pemerintah Aceh tidak menerbitkan tambang di kawasan Leuser dan hutan lindung. Tata kelola tambang di Provinsi Aceh untuk membuka kesempatan kerja bagi masyarakat lokal dengan tetap memperhatikan lingkungan sekitar.

Energi baru terbarukan

Direktur Aneka Energi Baru dan Terbarukan Ditjen EBTKE Kementerian ESDM, Andriah Feby Misna mengatakan Indonesia dilimpahkan potensi energi baru terbarukan baik dari jenis dan jumlahnya yang sangat banyak. Dari energi surya saja Indonesia memiliki potensi hingga 3.295 GW namun yang baru dimanfaatkan hanya 253 MW.

Kemudian ada hidro dengan 95 GW namun baru dimanfaatkan 6,6 MW, bio energi potensinya mencapai 57 GW namun baru 3,0 MW dan potensi energi lainnya.

“Total potensi energi di Indonesia sebenarnya mencapai 3.686 GW namun yang baru sekitar 12 ribu MW yang baru dimanfaatkan. Ini yang perlu kita dorong ke depan termasuk di daerah-daerah agar bisa mendapatkan energi terbarukan sehingga emisi juga bisa diturunkan,” jelasnya.

Indonesia memiliki potensi EBT besar, tersebar, dan beragam, untuk mendukung ketahanan energi nasional dan pencapaian target bauran EBT.

“Di Aceh memiliki potensi panas bumi yang juga tersebar pada kawasan ring of fire, meliputi Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku,” pungkasnya. (H-2)


Sumber: mediaindonesia.com