BERSIH, mengkilap dan tidak berbau. Pemandangan itu terlihat jelas saat Media Indonesia memasuki pabrik minyak goreng milik PT Multimas Nabati Asahan di Kawasan Industri Terpadu Wilmar (KITW) di Cilegon, Banten, Jumat (28/10).
PT Multimas Nabati Asahan merupakan anak perusahaan Wilmar International Limited atau Wilmar Group yang memproduksi minyak goreng berbagai merek. Wilmar Group sendiri menempati kawasan seluas 200 hektar dari 800 hektar luas total KITW.
Pabrik pengolahan ini juga diawasi ketat. Sebelum memasuki ruangan pabrik, Media dan beberapa wartawan lainnya harus menjalani desinfektan supaya benar-benar steril.
Menurut Business Unit Head PT Multimas Nabati Asahan Serang, Tenang Sembiring, tidak semua karyawan memiliki akses ke pabrik pengolahan minyak goreng tersebut. Bahkan Tenang sendiri harus meminta bantuan petugas untuk membuka pintu akses ke dalam dapur pabrik tersebut.
“Tidak semua karyawan memiliki akses ke sini. Hanya mereka yang memang bertugas,” paparnya.
Dia menambahkan proses produksi minyak goreng di pabrik tersebut semua serba otomatis. Yang bekerja hanya petugas di ruang kontrol. “Makanya tidak banyak orang yang lalu lalang di sini,” ujarnya.
Saat masuk, di dalam ruang pengolahan crude palm oil (CPO) menjadi minyak tersebut, hanya terlihat ratusan selang yang saling terhubung. Ada juga semacam bak panjang yang menampung produk sisa (by product) pengolahan minyak goreng.
Produk sisa berwarna putih itu nantinya digunakan kembali untuk membuat berbagai jenis produk seperti mentega, margarin, kosmetik dan lainnya. “Silahkan cicipi. Ini bisa dimakan,” kata Tenang menawarkan byproduct tersebut.
Dia menjelaskan, pabrik milik PT Multimas Nabati Asahan ini mengolah sekitar 3000 ton CPO setiap hari. Jam kerja dibagi menjadi dua shift yang masing-masing mengolah 1500 ton CPO. Dari jumlah itu, nantinya akan dihasilkan minyak goreng sebanyak 800 ton.
“Dari sini nanti dialirkan ke ruang pengemasan untuk langsung dikemas,” lanjutnya sambil menunjukkan selang-selang yang mengalirkan minyak goreng yang telah siap dikemas tersebut.
Tenang menambahkan minyak yang sudah jadi langsung dikemas supaya tidak tercemar.
Seperti halnya minyak yang telah siap, CPO juga dialirkan melalui selang dari pelabuhan. CPO tersebut dialirkan dari kapal yang bersandar di dermaga. “Panjang selang dari dermaga ke pabrik bisa mencapai 6 kilometer,” papar Tenang.
Selain melalui selang, CPO juga dibawa dengan menggunakan truk. Setiap hari puluhan truk bolak-balik membawa CPO dari pelabuhan ke pabrik.
Tenang mengatakan produksi minyak goreng di pabrik Wilmar di KITW ini dialokasikan untuk wilayah Jakarta, Bogor, Depok dan Tangerang. “Karena memang pangsa pasar terbesar di Indonesia adalah di kawasan Jabodetabek,” ujarnya.
Karena itu, Tenang menambahkan, saat terjadi kelangkaan minyak goreng pihaknya terus menggenjot tanpa henti produksi minyak goreng. “Kami bahkan tidak tidur-tidur supaya bisa terus berproduksi,” selorohnya. (E-3)
Sumber: mediaindonesia.com