MICE  

Limbah Makanan Meningkat, Iklim Kian Terancam

Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), setiap tahun penduduk dunia membuang sekitar 931 juta ton makanan. Sebagian besar sampah makanan berakhir di TPA dan terurai menghasilkan sekitar sepersepuluh dari gas pemanasan iklim dunia.

Rata-rata orang Amerika membuang lebih dari 700 kalori dari makanan per hari, sekitar sepertiga dari asupan harian yang direkomendasikan. Menurut sebuah studi tahun 2020 oleh para peneliti di Swiss dan India, menjadikan kemajuan Amerika sebagai tolok ukur penting bagi negara lain.

Sebuah kelompok pengurangan limbah yang bekerja sama dengan pemerintah AS, ReFED menyatakan jumlah makanan yang terbuang di AS terus naik menjadi 12% antara 2010-2016, angka ini terus meningkat dari tahun ke tahun.

Sementara itu, salah satu warga California, Richard Redmond membawa wadah sisa makanan berukuran galon ke pasar petani di kota South Pasadena setiap Kamis. Sisa makanan ini dikumpulkan dan dibuat kompos untuk digunakan di kebun sebagai upaya mengurangi jumlah limbah rumah tangga yang dia kirim ke TPA .

“Sungguh menakjubkan. Anda dapat melihat bahwa dengan memisahkan sampah, kita bisa mengurangi jumlah sampah yang dikeluarkan,” kata perancang web yang berusia 60-an itu seperti dilansir dari The Hindus pada Selasa (15/11).

Pemborosan sampah makanan ini menjadi tantangan besar bagi negara-negara yang menangani pemanasan global pada konferensi iklim COP27 yang sedang berlangsung di Mesir. Negara-negara di seluruh dunia berjanji pada 2015 untuk mengurangi separuh limbah makanan pada 2030. Sayangnya, hanya sedikit yang melakukannya.

“Delapan tahun lagi dan kita masih jauh dari mencapai tujuan itu,” kata pemimpin tim untuk kehilangan dan pemborosan pangan di Organisasi Pangan dan Pertanian PBB Rosa Rolle.

Sementara itu, Badan Perlindungan Lingkungan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan sepakat pada 2018 untuk mengatasi limbah makanan AS bersama-sama. Akan tetapi, direktur eksekutif ReFED, Dana Gunders mengkritik bahwa sejak rencana itu dibuat, lembaga tersebut mencurahkan sedikit sumber daya untuk mengatasi permasalah tersebut.

“Jalan kita masih panjang untuk mencapai tujuan,” kata penghubung limbah makanan di Departemen Pertanian AS Jean Buzby.

Menurut perkiraan independen menjelaskan, ada lima negara yang menyumbang pemboros makanan terbesar per kapita, setidaknya AS, Australia, Selandia Baru, Irlandia, dan Kanada telah meningkatkan pemborosan makanan sejak 2015, meski dibantah oleh pemerintah mereka.

Masalahnya tidak terbatas pada negara-negara kaya saja. Sebuah studi PBB tahun lalu menemukan korelasi antara limbah makanan rumah tangga dan produk domestik bruto, yang menunjukkan sebagian besar negara memiliki ruang untuk menekan limbah tersebut.

Menurut laporan oleh firma riset Katar, Selandia Baru menunjukan persentase makanan rumah tangga yang dibuang ke tempat sampah naik menjadi 13,4% pada 2022 dari 8,6% pada 2021. Juru bicara Kementerian Lingkungan Selandia Baru mengatakan, mereka sedang menyelesaikan estimasi limbah makanan dasarnya sehingga dapat menetapkan target.

Sementara itu, organisasi yang melacak kemajuan negara, The Waste and Resources Action Programme menyebut Inggris telah mengurangi limbah makanan sebesar 27% antara 2007-2018. Kampanye yang dilakukan untuk menghasilkan itu termasuk menghilangkan tanggal “best by” pada kemasan, mendistribusikan kembali makanan yang tidak terpakai untuk amal, dan pendidikan publik tentang perencanaan konsumsi makanan.(M-3)

 


Sumber: mediaindonesia.com