MICE  

Jaga Pertumbuhan, Pemerintah Didorong Perkuat Konsumsi dan Investasi

PEMERINTAH didorong terus bisa mendukung pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi guna memperkuat perekonomian nasional, utamanya pada tahun depan. Upaya ini dinilai penting dalam rangka menahan gejolak ekonomi global yang dikhawatirkan bakal berimbas ke dalam negeri.

Hal itu disampaikan oleh periset dari Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet saat dihubungi, Selasa (8/11). “Untuk mendorong atau mempertahankan pertumbuhan ekonomi di level yang tinggi, kombinasi mendorong daya beli masyarakat dan juga mendorong investasi akan menjadi dua kunci utama untuk mencapai target pertumbuhan di 2023,” ujarnya.

Ia mengatakan, dukungan pemerintah terhadap dua elemen itu akan sangat krusial. Terlebih di 2023 kapasitas fiskal negara akan terbatas karena adanya kewajiban untuk mengembalikan defisit anggaran maksimal 3%.

Karena keterbatasan itu, dukungan untuk menjaga dan mendorong daya beli masyarakat perlu dipertajam melalui beragam bantuan sosial. Ini dapat dilakukan dengan memastikan penyaluran bantuan tersebut tepat sasaran.

Perbaikan data penerima menjadi titik penting yang perlu untuk terus dilakukan pemerintah. Dengan begitu, diharapkan bantuan sosial yang diberikan dapat benar-benar menjaga, atau bahkan menumbuhkan daya beli masyarakat, utamanya di kelompok miskin dan rentan miskin.

Lebih lanjut, Yusuf menilai konsumsi rumah tangga akan tetap menjadi sumber terbesar bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Kendati dalam laporan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) cenderung menunjukkan penurunan.

Pada triwulan I 2022, konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 4,34% (yoy) dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 53,65%. Lalu pada triwulan II, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 5,51% dan berkontribusi 51,47% terhadap PDB.

Sedangkan pada triwulan III 2022, BPS mencatat konsumsi rumah tangga mengalami pertumbuhan 5,39% dan berkontribusi 50,38% terhadap PDB nasional. Hingga periode tersebut, konsumsi rumah tangga masih menjadi distributor tertinggi pada pertumbuhan ekonomi yang tercatat tumbuh 5,72% (yoy).

Yusuf mengatakan, turunnya kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap PDB lebih disebabkan oleh penghitungan statistik. Dia menilai, di era pandemi covid-19 kinerja perdagangan Indonesia membukukan capaian yang gemilang.

Hal itu kemudian mendorong peningkatan kontribusi perdagangan nasional terhadap PDB. Pada triwulan III, misalnya, neraca dagang Indonesia mencatatkan surplus US$14,92 miliar, atau tumbuh 12,58% (yoy).

Kegiatan ekspor nasional tercatat tumbuh 21,64% (yoy) dan berkontribusi sebesar 26,23% terhadap PDB triwulan III 2022. Sementara aktivitas impor tercatat tumbuh 22,98% (yoy) dan berkontribusi -21,65% terhadap PDB.

“Jadi secara teknis hitungan statistik, ini dipengaruhi oleh besarnya pertumbuhan ekspor di tahun ini, sehingga ini yang kemudian menambah distribusi ekspor dalam PDB dan menurunkan distribusi dari konsumsi rumah tangga,” kata Yusuf.

Sedangkan untuk mendukung investasi, lanjut Yusuf, pemerintah dinilai perlu memastikan agenda reformasi struktural yang selama ini digaungkan terimplementasi dengan baik. Hal itu diharapkan dapat mendorong masuknya investasi yang lebih besar ke Tanah Air.

“Tentunya diharapkan juga investasi ini terjadi di sektor yang berpotensi mempunyai nilai daya ungkit ekonomi yang tinggi seperti industri manufaktur,” pungkasnya. (OL-8)


Sumber: mediaindonesia.com