Indeks
MICE  

Jadi Korban Kejutan, Ramai-Ramai Lengser dari Kursi Pelatih

PIALA Dunia menjadi turnamen yang menegangkan bagi para pelatih. Di saat ada ekspektasi tinggi dari para pendukung, turnamen sepak bola terakbar itu menghasilkan banyak kejutan dengan banyaknya tim kuat bertumbangan. Akibatnya, beberapa pelatih mundur dari jabatan.

Pelatih Brasil Adenor Leonardo Bacchi atau Tite, misalnya. Tite sebelumnya berencana mundur setelah kontraknya berakhir seusai Piala Dunia tahun ini. Namin, Selecao–julukan Brasil–yang menjadi favorit justru tersingkir lebih cepat dari perkiraan banyak orang. Neymar dkk takluk dari Kroasia pada babak perempat final melalui drama adu penalti dengan skor 4-2.

Tite menjabat sebagai pelatih timnas Brasil pada 2016 menggantikan Dunga yang gagal di Copa America. Tite gagal membawa pulang prestasi bagi Brasil untuk kedua kalinya di Piala Dunia. Setelah kalah di perempat final 2018 dari Belgia, kini takluk dari Kroasia di tahap yang sama. Tite juga gagal membawa Selecao juara Copa America 2021 setelah kalah dari rival mereka, Argentina, di partai final.

Pelatih berusia 61 tahun itu membawa Brasil meraih 60 kemenangan dalam 81 pertandingan, dengan hanya mengalami 6 kekalahan. Saat ditanya tentang warisan apa yang dia tinggalkan, Tite mengatakan hanya waktu yang dapat menjawabnya.

“Rasa sakit, itu manusiawi. Saya tidak dalam posisi untuk mengevaluasi semua pekerjaan yang dilakukan. Seiring waktu Anda akan membuat penilaian ini. Saya tidak memiliki kemampuan itu sekarang,” kata Tite.

Brasil mengoleksi trofi Piala Dunia terbanyak dengan lima gelar (1958, 1962, 1970, 1994, dan 2002). Brasil hanya dua kali gagal meraih trofi saat mencapai final, yakni saat kalah 1-2 dari Uruguay di Brasil pada edisi 1950 dan kalah 0-3 dari Prancis di Prancis pada 1998. Namun, kekalahan dari Kroasia membuat Brasil menjadi tim yang hampir selalu terhenti di perempat final sejak meraih trofi terakhir dua dekade silam. Masingmasing di Jerman 2006, Afrika Selatan 2010, Rusia 2018, dan Qatar 2022.

Legenda sepak bola Brasil, Ronaldo Nazario, menyarankan Federasi Sepak Bola Brasil (CBF) untuk merekrut pelatih asing setelah Tite mengundurkan diri. Ronaldo bahkan menyebut Carlo Ancelotti dan Jose Mourinho cocok untuk menjadi pengganti Tite.

“Ada banyak nama luar biasa yang akan memberikan banyak manfaat. (Carlo) Ancelotti, Abel (Ferreira) dari Palmeiras, (Jose) Mourinho dari Roma. Mereka adalah nama-nama yang luar biasa,” kata Ronaldo.

“Nama-nama di atas masih memiliki kontrak (dengan klub). Saya tidak tahu apa yang akan dilakukan CBF, tetapi menurut saya mereka mendukung nama asing,” lanjutnya.

Menunjuk seorang pelatih asing bukan hal yang biasa bagi timnas Brasil. Sejak periode singkat Filpo Nunez dari Argentina yang bertugas pada 1965 lalu tidak ada pelatih asing yang dipercaya menangani tim ‘Samba’. Ada 38 orang setelah Filpo Nunez sampai terakhir Tite selalu berasal dari tanah air mereka sendiri.

Legenda Brasil lainnya, Rivaldo, menyampaikan pandangan yang berbeda. Salah satu pemain kidal terbaik tim ‘Samba’ itu tidak setuju jika timnas Brasil diarsiteki pelatih asing. Menurutnya, wacana tersebut tidak menghormati keberadaan pelatih-pelatih lokal yang ia nilai layak dipertimbangkan.

Rivaldo menegaskan pelatih asing tidak akan menjamin kesuksesan Brasil di masa mendatang. “Saya tidak setuju dan saya pikir itu tidak menghargai pelatih Brasil ketika ada pertimbangan untuk mempekerjakan pelatih asing di tim nasional kami. Saya pikir kami memiliki pelatih (lokal) yang mampu memimpin timnas Brasil dan melakukan pekerjaan itu dengan baik, seperti Rogerio Ceni, Fernando Diniz, Cuca, Renato Gaucho, dan Dorival Jr,” kata mantan pemain Barcelona itu. Sejauh ini CBF belum menentukan pengganti Tite.

Selain Tite, Louis van Gaal juga mengonfirmasi mundur dari jabatannya sebagai pelatih Belanda seusai timnya kalah dari Argentina pada babak perempat final dan tersingkir di Piala Dunia 2022 Qatar. Van Gaal Menjadi pelatih tertua di Piala Dunia kali ini, dengan usia 71 tahun.

Ia telah menjadi pelatih Belanda dalam tiga kesempatan terpisah, yaitu 2000-2001, 2012-2014, dan 2021-sekarang. “Pertama dan terpenting, saya tidak akan melanjutkan (karier kepelatihan di timnas Belanda). Saya hanya melakukannya untuk periode waktu ini. Pertandingan ini adalah pertandingan terakhir saya dari masa jabatan ketiga saya sebagai pelatih,” kata Van Gaal.

“Saya telah melatih (Belanda) untuk 20 pertandingan dan kami tidak kalah satu pun. Saya tidak tahu berapa banyak pertandingan yang kami menangkan, tapi Anda bisa cari tahu dan lihat sendiri selisih golnya. Saya tidak berpikir saya telah dikalahkan hari ini. Hanya dalam adu penalti,” ujarnya.

Ronald Koeman akan menggantikan posisi Van Gaal mulai Januari 2023 mendatang. Mantan pelatih Barcelona itu memang sudah menandatangani kontrak bersama Federasi Sepak Bola Belanda (KNVB) sejak April 2022 untuk menggantikan Van Gaal yang kontraknya habis setelah Piala Dunia 2022. “Saya menantikan kolaborasi

baru,” kata Koeman.

Sebelum Van Gaal dan Tite, sederet pelatih lain juga memilih mundur seusai tim asuhannya tersingkir di Piala Dunia 2022. Mereka ialah Luis Enrique (pelatih Spanyol), Roberto Martinez (pelatih Belgia), Paulo Bento (pelatih Korea Selatan), Gerardo ‘Tata’ Martino (pelatih Meksiko), dan Otto Addo (pelatih Ghana).

“Saya minta maaf, saya tidak bisa membantu lebih banyak lagi. Sangat spesial bisa menjadi bagian dari ini,” kata Enrique yang posisinya digantikan Luis De La Fuente

Masa depan Spanyol

De La Fuente bukan nama asing untuk skuad berjuluk ‘La Roja’. Mantan pemain Sevilla pada era 1987-1991 itu pernah menjadi pelatih timnas Spanyol di berbagai kelompok umur dari U-19 hingga U-23. Pada 2015, De La Fuente mempersembahkan gelar juara Piala Eropa di Yunani untuk timnas Spanyol U-19. Sukses di level U-19

membawanya ke jenjang lebih tinggi, menjadi pelatih timnas Spanyol U-21.

Ia kembali mempersembahkan prestasi dengan membawa timnya juara Piala Eropa U-21 pada 2019. Skuad Spanyol ketika itu pun terdiri atas bintang-bintang saat ini seperti Unai Simon, Dani Olmo, Dani Ceballos, hingga Mikel Oyarzabal.

Dalam sesi konferensi pers penunjukan dirinya sebagai pelatih, De La Fuente mengatakan, ia adalah masa depan sepak bola Spanyol dan akan membuktikan kepada banyak pihak untuk bisa membawa prestasi bagi La Roja.

“Saya telah memenangi gelar. Saya telah melatih di level internasional di semua kategori. Dengan segala kerendahan hati dan kejujuran saya, jika ada seseorang yang mengetahui masa depan sepak bola Spanyol, itu adalah saya,” kata pelatih berusia 61 tahun itu.

Sementara itu, Roberto Martinez yang memimpin Belgia ke tempat ketiga Piala Dunia 2018 di Rusia dan perempat final Piala Eropa tahun lalu tidak berminat memperpanjang kontraknya sejak 2016 yang habis setelah Piala Dunia 2022 di Qatar. Martinez yang memiliki skuad generasi emas Belgia yang mulai menua gagal melewati capaian di Rusia karena tersingkir setelah hanya mencetak satu gol dalam tiga pertandingan.

“Itulah akhirnya, apa pun yang akan terjadi, apakah kami juara dunia atau kami tersingkir pada babak penyisihan grup, ini tidak ada hubungannya dengan tersingkir dari fase grup,” kata Martinez.

Federasi Sepak Bola Belgia (RBFA) belum memutuskan pengganti Martinez. Namun, beredar kabar asisten Martinez, Thierry Henry dan Thomas Vermaelen, akan menjadi pelatih yang disiapkan untuk menghadapi Piala Eropa 2024.

Minta dukungan

Pada bagian lain, Hansi Flick tetap dipercaya menjadi pelatih Jerman menuju Piala Eropa 2024. Jerman mengulang prestasi buruk Piala Dunia saat gagal lolos dari fase grup empat tahun lalu. Di Qatar, Manuel Neuer dkk hanya menang dari Kosta Rika, imbang dengan Spanyol, dan harus menelan kekalahan saat bertemu Jepang.

Produktivitas gol Jerman juga tidak cukup banyak untuk membawa tim ke babak 16 besar. Punya poin sama dengan Spanyol, Jerman hanya mencatatkan enam gol, tetapi kebobolan lima gol. Sebaliknya Spanyol mencetak sembilan gol dan hanya kemasukan tiga gol.

Di tengah kritik penampilan buruk Der Panzer–julukan timnas Jerman–di Piala Dunia 2022, Flick minta publik tetap mendukungnya. Piala Eropa 2024 yang akan berlangsung di Jerman bakal menjadi pertaruhan besar bagi Flick.

“Kami ingin seluruh Jerman mendukung tim nasional di Piala Eropa 2024. Tim pelatih dan saya optimistis dengan kejuaraan Eropa di negara kami sendiri. Sebagai tim, kami bisa mencapai lebih dari yang kami tunjukkan di Qatar. Kami melewatkan peluang besar di sana (Qatar) dan akan belajar mulai dari sekarang,” tukas Flick. (AFP/Eveningstandard/Eurosport/R-2)


Sumber: mediaindonesia.com

Exit mobile version