MICE  

Gerindra Nikmati Turunnya Elektabilitas PDIP

MENUJU Pemilu 2024, peta perpolitikan bergerak dinamis, dengan sejumlah kecenderungan baru yang terjadi dalam kurun setengah tahun. Temuan survei Voxpopuli Research Center menunjukkan PDIP tetap unggul, tetapi elektabilitasnya turun menjadi 16,7 persen.

Sebaliknya dengan Gerindra yang mengalami kenaikan elektabilitas, kini sebesar 15,2 persen. Sebelumnya elektabilitas kedua partai cenderung stabil sepanjang September 2002 hingga Januari 2023, hingga berubah dalam tiga bulan terakhir.

Pada urutan berikutnya Golkar yang sebelumnya sempat terkoreksi kini naik elektabilitasnya menjadi 8,8 persen, setelah. Selain itu ada Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang juga naik elektabilitasnya menjadi 5,7 persen.

“Elektabilitas PDIP turun, sedangkan Gerindra tampak menikmati kenaikan elektabilitas,” ungkap peneliti senior Voxpopuli Research Center Prijo Wasono dalam keterangan tertulis, Minggu (9/4).

Menurut Prijo, turunnya elektabilitas PDIP terkait dengan respons sejumlah gubernur dari partai tersebut yang menolak kehadiran timnas Israel dalam rencana gelaran Piala Dunia U20. FIFA akhirnya membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah dan terancam dikenai sanksi.

“Selain itu PDIP terkesan enggan mendukung pengesahan RUU Perampasan Aset,” lanjut Prijo. 

Padahal jika beleid tersebut berlaku, bisa diterapkan terhadap sejumlah kasus korupsi dan penyelewengan oleh para pejabat negara yang tengah menyedot perhatian publik.

Meskipun turun, tetapi tetap unggulnya PDIP memberi peluang untuk mencetak rekor hattrick atau menang tiga periode berturut-turut. “Hanya saja PDIP harus memperhitungkan skenario pencapresan yang bisa berdampak pada elektabilitas partai,” jelas Prijo.

“Gerindra misalnya, mengalami kenaikan elektabilitas seiring dengan naiknya elektabilitas Prabowo Subianto,” ujarnya. Dalam dinamika terbaru, Prabowo berpeluang memimpin koalisi besar yang menggabungkan partai-partai pendukung pemerintah.

Gerindra membentuk koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR), sedangkan Golkar memimpin Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Usai silaturahmi pada awal April 2023, partai-partai yang tergabung dalam KIR dan KIB menggulirkan gagasan untuk bersatu dalam sebuah koalisi besar.

“Merger KIR dan KIB ke dalam koalisi besar juga memberi kekuatan baru bagi Golkar, meskipun elektabilitas Airlangga Hartarto masih berada di papan bawah,” jelas Prijo. 

Sejumlah partai lain juga berencana turut bergabung ke dalam koalisi besar, di antaranya PSI. “Konsistensi PSI mendukung kepemimpinan Presiden Jokowi, di samping sosialisasi masif yang telah dilakukan, mengerek kenaikan elektabilitas partai yang identik anak muda itu,” tandas Prijo.

PKB yang tergabung dalam KIR naik tipis elektabilitasnya menjadi 8,2 persen. Dua partai oposisi berada di papan tengah, yaitu Demokrat (6,0 persen) dan PKS (4,4 persen). Keduanya tergabung dalam Koalisi Persatuan dan Perubahan (KPP).

Partai-partai lain yang terancam tidak lolos parliamentary threshold adalah Perindo (1,5 persen), Gelora (1,4 persen), dan Ummat (1,1 persen). Selain itu ada Hanura (0,6 persen), PBB (0,4 persen), dan PKN (0,1 persen).

Garuda dan Partai Buruh nihil dukungan, sedangkan sisanya menyatakan tidak tahu/tidak jawab sebanyak 21,2 persen. “Hingga saat ini sebanyak 18 partai politik tingkat nasional yang telah dinyatakan oleh KPU berhak menjadi sebagai peserta pemilu,” pungkasnya.

Survei Voxpopuli Research Center dilakukan pada 25-31 Maret 2023, kepada 1200 responden yang dipilih secara acak bertingkat (multistage random sampling) mewakili seluruh provinsi di Indonesia. Margin of error survei sebesar ±2,9 persen, pada tingkat kepercayaan 95 persen. (*)

Sumber: mediaindonesia.com