PEMILIHAN pemimpin Aisyiyah dalam Muktamar ke-48 Muhammadiyah di Surakarta, telah memunculkan 105 nama yang akan dipilih dalam Tanwir Aisyiyah.
Sekretaris PP Aisyiyah Tri Hastuti mengatakan, dari 105 nama akan kerucutkan menjadi 39 orang. “Kalau di Aisyiyah modelnya memilih 13 pemimpin, kemudian dipilih 7 orang yang bersidang sebagai formatur. Nanti ada tambahan 10 orang, sehingga pimpinan Aisyiyah sebanyak 23 orang.”
Pemilihan kepemimpinan Aisyiyah melalui formatur, prosesnya melalui musyawarah mufakat. Siapa yang ditunjuk menjadi ketua, sekretaris, bendahara, dan seterusnya.
Menurut Tri, kepemimpinan Aisyiyah seperti halnya Muhammadiyah menganut azas kolektif kolegial. Dalam mengelola organisasi, setiap keputusan tidak hanya dilakukan satu orang, tapi dimusyawarahkan bersama-sama.
Sementara itu, Ketua PP Nasyiatul Aisyiyah Diyah Puspitarini menjelaskan, mereka yang dipilih menjadi pemimpin di Aisyiyah harus sudah selesai dengan urusan atau persoalan dirinya.
“Istilah di Muhammadiyah bukan pengurus, tapi pemimpin. Itu artinya pemimpin di atas level kader. Kader itu inti penggerak. Pemimpin yang mengelola, dia harus bisa memimpin diri sendiri dan organisasi,” terang Dyah.
Dia sepakat dengan model kepemimpinan kolektif kolegial karena sangat efektif dan sudah terbukti. Dengan model ini tidak ada pemilihan pimpinan berdasarkan kompetensi dan keputusan-keputusan yang diambil tidak subjektif, tapi sangat objektif.
Pada bagian lain, Dyah menyoroti keberadaan Aisyiyah yang memberikan kontribusi besar untuk bangsa ini. “Kita tahu Aisyiyah ini sebagai organisasi progresif bukan hanya di Indonesia tapi dunia. Tidak ada organisasi muslim perempuan yang seprogresif Aisyiyah,” tandasnya.
Saat ini, hanya Aisyiyah yang mempunyai universitas. “Coba kalau tak percaya dicari saja, organisasi perempuan mana yang punya universitas, hanya Aisyiyah,” tegasnya.
Nasyiatul Aisyiyah, lanjutnya, melihat Aisyiyah tidak hanya sebagai ibu, tapi juga panutan dalam mengelola organisasi. NA selalu berupaya meniru Aisyiyah dalam mengelola potensi, membangun organisasi, dan sebagainya.
Dyah juga sepakat kepemimpinan Aisyiyah mendatang bisa berkolaborasi dengan anak-anak muda. “Kolaborasi senior dan kader muda yang inovatif, kreatif, memiliki banyak jaringan,” pungkasnya. (N-2)
Sumber: mediaindonesia.com